Selasa, 14 April 2009

Produksi Pakan Alami



PRODUKSI PAKAN ALAMI
Fitoplankton (Nannochloropsis sp)

Kalasfikasi Nannochloropsis sp adalah sebagai berikut:
Kingdom : Protista
Super devisi : Eukaryotes
Divisi : Chromophyta
Kelas : Eustigmatophyceae
Genus : Nannochloropsis
Speces : Nannochloropsis sp (Adehoog dan Kevin Fits Simon, 2001).
Fitoplankton ini berukuran 2-4 mikron, berwarna hijau dan memilki dua flagella (Heterokontous) yang salah satu flagela berambut tipis (Wikipedians, 2001 dalam Tjahjo, 2002). Nannochloropsis sp memiliki kloroplas dan nucleus yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Nannochloropsis sp dapat erfotosintesis karena memiliki klorofil. Cirri khas dari Nannochloropsis sp adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen selulosa (Sleigh, 1989;Williams, 1991).
Nannochloropsis sp bersifat kosmopolit dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. salinitas optimum untuk pertumbuhannya adalah 25-35 ppt, suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal (Isnansetyo da Kurniastuti, 1995). Fitoplankton ini dapat tumbuh baik pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 100-10000 lux (Hirata, 1980 dalam Redjeki dan Murtinigsih, 1991).
Nannochloropsis sp lebih dkenal dengan nama Chlorela laut dikultur untuk pakan barchionus plicatilis atau Rotifer karena mengandung Vitamin B12 dan Eicosapentaenoic acid (EPA) sebesar 30,5 % dan totral kandungan omega 3 HUFAs sebesar 42,7%, serta mengandung protein 57,02 % . vitamin B12 sangat penting untuk populasi rotifer dan EPA penting untuk nilai nutrisinya sebagai pakan larva dan juvenile ikan laut (Fulks dan Main 1991). Selain itu, mudah dikultur secara missal, tidak menimbulkan racun atau kerusakan ekosistem di bak pemeliharaan larva, pertumbuhannya relative cepat dan memiliki kandungan antibiotic. Kepadatan optimum yang dapat dicapai untuk skala laboratrium 50-60 juta sel/ml, skala semi massal 20-25 juta sel/ml dan massal 15-20 juta sel/ml dengan masa kultur 4-7 hari.

A. KULTUR FITOPLANKTON SKLA LABORATORIUM

Kultur skala laboratorium merupakan kultur fitoplankton yang murni atau monospesies. Pada tahap ini keseterilan alat, media kultur dan tempat kultur sangat dibutuhkan peralatan yang berupa gelas (cawan petri, tabung reaksi, erlemenyer) dapat diseterilkan dengan beberapa cara diantaranya:
Metode chlorinisasi dengan menambahkan chlorin dengan dosis 20-100 ppm kedalam air tawar, aduk hingga merata selama 10 menit lalu masukkan alat yang diseterilisasi selama 2 jam. Setelah itu keringkan alat dan pindahkan ke tempat yang bersih.
metode perebusan dengan merebus peralatan di dalam air tawar mendidih (1000C) selama 15 menit, angkat kemudian keringkan alat dan simpan dalam tempat yang bersih.
metode pemanasan bertekanan tinggi dengan menggunakan autoclave. Autoclave disiapkan, kemudan masukkan alat yang akan diseterlilisasika, tutup dan nyalakan hngga suhu mencapai 1200C selama 15 menit. Setelah itu matikan sistem exhausting pada autoclave dan peralatan dibiarkan sampai keadaan dingin selama 60 menit.
Sedangkan peralatan lainya seperti peralata aerasi, pipet, dll dapat diseterilisasi dengan metode chlorinisasi dan perebusan dengan cara yang sama seperti diatas. Air laut dan air tawar yang digunakan untuk kultur harus terhindar dari organisme lain yang bisa menjadi kompetitor fitoplankton yang dikultur, seperti fitoplanktonjenis lainnya, zooplankton, protozoa dan bakteri. Setelah melalui penyaringan, air dapat diseterilisasi dengan beberapa cara antara lain perebusan dan chlorinisasi.
metode perebusan dengan merebus air hingga mendidih selama 15 menit dinginkan kemudian direbus kembali sampai menddih. Hal ini diulang sebanyak 3 kali, setelah itu air siap untk digunakan.
metode chlorinisasi dengan menambahkan chlorin dengan dosis 10-200 ppm kedalam air media lalu diaerasi kuat selama 24 jam, lalu aerasi dimatikan, 24 jam kemudian air siap untu digunkan.

1. pebuatan pupuk
pupuk yang digunkan pada kultur fitoplankton skala laboratorium ini terbuat dari bahan-bahan kimia pro analisis dengan dosis pemakaian 1 ml/L. Jenis dan formula pupuk adalah yag sudah distandarkan dan umum digunakan yaitu pupuk Conwy atau Walnes untuk fitoplankton Chloropyceae (alga hijau-biru) dan pupuk modifikasi Batam untuk Nitzschia sp. Adapun metode pembuatannya antara lain :

a. Trace Metal Solution
Yang pertama dilakukan adalah dengan membuat larutan trace metal solution. Trace metal solution dibuat terpisah agar mudah mencampurkannya kedalam pupuk yang diinginkan. Bahan-bahan kimia yang diperlukan disiapkan dan ditmbang sesuai dengan kebutuhan lalu dilarutkan satu persatu ke dalam aquabides secara berurutan, aduk merta hingga bahan-bahan tersebut larut, siap digunakan sebagai campuran dalam formulasi pupuk yang diinginkan sesua dengan komposisinya masing-masing.

b. Vitamin
Vitamin yang dibutuhkan (B12 dan B complex) di timbang sesuai dengan keperluan lalu dihaluskan. Kemudian vitamin yang telah halus dilarutkan kedalam aquabides. Larutan vitamin siap dicampurkan ke dalam pupuk onwy/walnes atau pupuk modifkasi BAtam.

c. Silikat Solution
Larutan silikat solution dibuat terpisah, larutan tersebut konsentrasinya harus kurang atau sama dengan 1 % karena bila lebih dari 1% dandicampur dalam air laut maka akan menggumpal.
d. Pupuk Conwy/Walnes atau pupuk modifikasi Batam
Bahan – bahan yang diinginkan ditimbang sesuai dengan kebutuhan, lalu larutkansatu persatu ke dalam aquabides. Bahan-bahan yang telah larut kemudian dicampur dan dilarutkan satu persatu kedalam aquabides yang tersisa, setelah itu tambahkan Trace Metal Solution yang telah dibuat sebelumnya, aduk dengan menggunakan stirrer hingga bahan-bahan tesebut tercampur dan larut. Selanjutnya pupuk disterilisasi dalam autoclave.langkah berikutnya memasukkan vitamin mix, aduk kembali sampai tercampur dan larut. Setelah bahan larut sempurna, tahap selanjutnya adalah pengkulturan, tahap ini diawali dengan menyiapkan media sebgai tempat kultur meda yang digunakan yaitu wadah yang berupa toples (volume 500 L) yang telah disteril, setelah media kultur siap kemudian isi toples dengan air laut bersih sebanyak 1,5 liter, salinitas air laut yang digunakan adalah 30 0/oo kemudian masukkan pupuk conwy yang diberikan yaitu 1 ml untuk 1 liter media, setelah pupuk masuk kedalam media kemudian dibiarkan selama 5 menit sampa pupuk teraduk merta dengan air media, setelah 5 menit yaitu setelah pupuk conwy larut dengan bantuan aerasi barulah bibit Nannchloropsis dimasukkan, bibit yang Nannochloropsis yang dikultur sebanyak 200 ml yang diperoleh dari kultur sebelumnya kemudian diaerasi 24 jam selama kultur berlangsung.
2. Tahap pengamatan, pengukuran dan pencatatan.
Setelah dilakukan persiapan dan pelaksanaan kultur maka proses selanjutnya adalah melakukan pengamatan, pengukuran dan pencatatan. Pengamatan, pengukuran dan pencatatan meliputi pengamatan sampel dibawah mikroskop, pengukuran kualitas air media dan penghitungan fitoplankton yang dilakukan setiap hari.
Pertumbuahn fitoplankton ditandai dengan pertambahan kepadatan fitoplankton yang dikultur. Untuk menghitung kepadatannya dilakukan menggunakan alat hitung Haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Adapun caranya yaitu dengan menyiapkan alat Haemocytometer lalu ambil sapel fitoplankton yang akan dihitung dengan menggunakan pipet tetes dan teteskan kealat tersebut. Tutp cover glass dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan gelembung udara. Hitung fitoplankton pada kotak-kotak yang berjumlah 25 buah dan didalam kotak-kotak tersebut masing-masing terdapat kotak-kotak kecil yang berjumlah 16 buah. Kepadatan Fitoplankton dihitung sejak awal kultur sampai akhir kultur setiap 24 jam sekali. Dengan menghitung kepadatnnya dapat diketahui masa puncak fitopalkton yang dikultur


B. KULTUR FITOPLANKTON SKALA SEMI-MASSAL DAN MASSAL
Kultur fitoplankton skala semi-massal dan massal dilakukan diruang semi-outdoor (tanpa dinding dan beratap transparan) dan outdoor. Atap ini berfungsi untuk meminimalisasi perubahan suhu dan salinitas secara ekstrim, pada kultur skala semi massal menggunakan wadah akuarium (100 L), bak beton atau fiber, dan bak fiberglass 1 m3.
Sebelum melakukan melakukan kultur semi-massal dan massal wadah, peralatan dan air yang digunakan sebaiknya diseterilisasi dengan system chlorinisasi, karena cara ini lebih cepat, ekonomis dan mudah pelaksanaannya. Media kultur dicuci dengan air, kemudian disterilkan dengan klorin 100 ppm kemudian dibilas dengan air tawar hingga baunya hilang. Air laut yang akan digunakan untuk peeliharaan disterilkan dengan menggunakan klorin 10-20 ppm. Air laut disaring dengan filter bag dan disterilkan dengan larutan klorin 10-200 ppm dan diaerasi selama 24 jam. Air siap digunakan.
Air laut yang telah steril dalam media kultur kemudian dilakukan pemupukan dan diberi aerasi. Inokolum sebanyak sepersepuluh dari volume total diberikan sebagai bibit.
Bibit fitoplankton yang berasal dari kultur skala laboratorium dimasukkan kedalam akuarium yang telah di isi air laut bersih (steril) dengan suhu 28-300C dan salinitas 28-30 ppt. sebelum dikultur dilakukan adaptasi lingkungan. Pada skala semi-massal digunakan bibit 5-10 % dari volume total.
Sedangkan kultur massal fitoplankton dilakukan diruang terbuka (autdoor) yang langsung terkena sinar matahari dengan wadah bak beton kapasitas 40 m3, dimana bak didesain dengan dasar bak dilengkapi pembuangan dan tidak ada sudut mati. Fitoplankton yang siap untuk dipanen memilii kepadatan 10 juta sel/ml untuk kegiatan pembenihan ata pemeliharaan larva, biasanya berumur antara 4-6 hari.
Kegiatan kultur semi-massal dan massal volume 100 L dan skala massal menggunakan pupuk anorganik dengan perbandingan pemakaian pupuk UREA : ZA : TSP : EDTA Na2 adalah 5 : 2 : 2 : 1. untuk volume bak 1 ton, pupuk yang digunakan sebanyak 50 gram UREA, 20 gram TSP dan 10 gram EDTA. Pupuk diberikan bersamaan dengan bibit fitoplankton dari hasil sebelumnya.
Pertambahan kepadatan fitoplankton digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui pertumbuhannya. Selain unuk pertumbuhan juga untuk mengetahui kepadatan bibit, kepadatan awal kultur dan kepadatan optimum. Untuk melakukan pengamatan dan penghitungan dapat digunakan Haemocytometer dengan bantuan mikroskop.
Pemanenan yang akan dilakukan secara total maupun secara harian. Pemanenan dilakukan dengan cara memindahkan langsung fitoplankton dengan air media kedalam bak rotifer. Pemanenan dilakukan pada saat fitoplankton mencapai puncak populasi, bila dilakukan lebih awal zat hara tersisa dapat membahayakan organisme pemangsa, apabila panen terlambat, banyak kematan massal fitoplankton sedangkan untuk menunjang keberhasilan dari kegiatan produksi dilakukan pengaatan parameter biotic (kontaminasi makhluk hidup) dan abiotik (suhu, pH, dan salinitas).
Sama halnya dengan kultur fitoplankton skala laboratorium maka kultur fitoplankton skala semi-massal dan massal pun dilakukan pengamatan, pengukuran dan penghitungan dimana cara dan pelaksanaannya sama persis dengan penghitungan, pengukuran dan pengamatan pada kultur fitoplankton skala laboratorium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads: 468x60

muhamad wasis muslimin budidaya perairan